Selasa, 22 Februari 2011

fenomena wahyu

FENOMENA WAHYU
Wahyu yang akan dibahas pada buku ini adalah tentang pengetahuan yang ada dalam kalamullah Al-Qur'anul Karim. Karena dengan memahami wahyu ini sangatlah penting yang mana merupakan pemahaman dasar untuk mengenal kalam Ilahi.
Al-Qur'an adalah merupakan firman Allah SWT. Buku ini adalah merupakan satu-satunya kitab yang tidak mengalami revisi dan terjaga orisinalitasnya sepanjang zaman.Dan mrngandung pesan samawi yang diperantarai oleh wahyu,dimana wahyu adalah ilham ghaib dari sisi Malakut al-A'la yang turun kealam materi.
Allah swt berfirman melalui lisan Rasulullah saw, dan sesungguhnya al-Qur'an Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (jibril),ke dalam hatimu (Muhammat sau) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas (QS. Asy-Syu'ara:192-195).
192. Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
195. Dengan bahasa Arab yang jelas.
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu…(QS . al-Isra ; 39).
…dan al-Quran ini diwahyukan kepadaku supaya denganya aku memberi peringatsn kepadamu dan kepada orang-orang sampaai (al-Quran kepadanya) (QS.al.-An'am; 19)
19. Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
Karenanya, masalah paling mendasar dalam keyakinan Qurni adalah pembahasan tentang wahyu; tentan mengenal wahyu,cara terjalinya hubungan antara yang Mahatingi dengan materi

SPIRITUALISTAS MANUSIA

Spiritualitas Manusia menjadi tema yang sejak dahulu hingga kini tak kunjung usai dibahas manusia. Ia memiliki porsi khusus dalam filsafat, budaya dan seni. Tema ini sering disebut oleh al-Quran dan Hadis. Bahkan filsafat Islam menjadikan tema ini selalu "hangat".

Manusia adalah maujud yang memiliki dua sisi, berada diantara alam fisik dan metafisik, memiliki ruh dan jasad. dari satu sisi ia sangatlah tinggi, tanganya menggapai langit. Disisi lain ia menukik, kebawah, meraih bumi.
Setelah al-Quran jenjang-jenjang penciptaan manusia, sejak periode janin, spritualitas membawanya ketempat yang jauh lebih tinggi dari alam materi, saat itu ditiupkan ruh yang sangat mulia kepadanya.
Dan sesungguhya kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kam jadikan sesuatu yang melekat, kemudian kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kita bungkus dengan daging…(Qs. Al-Mu'minun(23): 12-14)
Seperti itulah penjelasan al-Qur'an tentang tahapan-tahapan
eksistensi materi manusia. Setelah itu al-Qur'an menegaskan, kemudian kami menjadikannya mahkluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling baik (QS. Al-mu'minun:14).
Maksud dari mahkluk lain disini adalah ruh yang ditiupkan kepadanya setelah janin memasuki usia empat bulan.
Diayat lain juga disebutkan dua fase penciptaan, yang memperindah segala sesuatu yang dia ciptakan dan yang memulai ciptaan ciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ruh kedalam (tubuh)nya ruh-nya…(QS. As-Sajadah:7-9).
7. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Di dalam ayat ini disebutkan bahwa ruh yang ditiupkan dalam diri manusia berasal dari alam malakut dan dinisbahkan kepada Tuhan. Berarti ruh jauh lebih luas dari materi,
Imam Ja'far Shadiq bersabda, "Allah menciptakan suatu mahkluk dan menciptakan suatu ruh, kemudian memerintakan satu malaikat meniupkan ruh ke dalamnya."16
Manusia dalam pandangan al-Qur'an adalah mahkluk yang terdiri dari jasad dan ruh. Pertama-tama jasad dahulu tercipta, kemudian diciptakan ruh yang kekal di dalamnya.
Dalam pandangan filsafat, manusia bukanlah maujud yang murni materi. Manusia tidak terbatas oleh jasmani; daging, kulit, tulang dan otot. Ia memiliki eksistensi yang lebih tinggi. Posisinya lebih tinggi dari alam materi dan ruang lingkup jasmani murni, karena sifat-sifat yang dimiliki jauh lebih tinggi dari sisi jasmaninya.17
Manusia memiliki dua unsur, jasmani dan ruhani. Bukan mengherankan jika ia bisa menjalin komunikasi dan hubungan dengan alam metafisik. Jalinan seperti ini terkait dengan sisi rohaniah. Inilah syarat kelayakan untuk terjalinnya komunikasi atau hubungan dengan alam metafisik dengan manusia, kemudian ilham yang bersumber dari luar dirinya–untuk melihat permasalahan secara jernih–akan diperolehnya.
Karena itu, wahyu untuk para Nabi bukanlah pemikiran imajinatif atau pemikiran yang muncul karena kondisi batin. Ia adalah kabar dari alam yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki kelayakan. Tidak layak seseorang merasa heran terhadap peristiwa ini.
Ada sesuatu yang tidak kita ketahui–meskipun wahyu adalah realitas yang jelas dan kita memiliki keyakinan kuat terhadapnya – yaitu cara terjalinnya komunikasi atau hubungan ruhaniyah ini.
Ketika kita berusaha untuk mengetahuinya melalui tolok ukur materi atau dengan menyifatinya, maka kita bisa menyifati komunikasi dalam batas aksioma, tunduk terhadap kata, berada dalam ruang lingkup indrawi. Karenanya tema ini tetap saja menjadi rahasia bagi kita. Semua pemahaman yang diungkapkan untuk memaparkan permasalahan ini, pasti bersifat kiasan, tidak akan pernah mewakili arti sebenarnya.
Sekali lagi, wahyu adalah fenomena yang tidak bisa ditolak akal sehat dan kita meyakininya. Tapi, ia tidak bisa disifati dan hakikatnya tidak bisa dijamah. Ia adalah peristiwa ruhaniah yang hanya diketahui oleh orang-orang istimewa yang memiliki syarat dan kelayakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar